Rabu, 16 November 2011

GLOBALISASI: PROPAGANDA KOLONIALISME


GLOBALISASI: PROPAGANDA KOLONIALISME
(
Dari wawancara dengan pengamat ekonomi Lie Chen Ie)
Seusai KTT G-8 di Genoa (Italia) isyu Globalisasi mencuat ke permukaan. Oleh para pendukung, Globalisasi dipromosikan sebagai kemakmuran, kemajuan dan modernisasi. Tetapi kolumnis William Pfaff terang-terangan mengatakan Globalisasi mengingatkan orang akan propaganda kolonialisme yang di abad lalu dipromosikan sebagai berkat bagi umat manusia.
Globalisasi Dan Kolonialisme
Memang ada persamaan antara globalisasi dan kolonialisme. Keduanya bertujuan memperluas pasar; memanfaatkan jasa buruh murah dan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari sumber alam dan sumber manusia dari negara lain. Dewasa ini globalisasi disama artikan dengan kemajuan, pengajaran, kemakmuran dan modernisasi ekonomi. Globalisasi terkait erat dengan investasi dan alih teknologi. Tetapi jangan lupa, sekaligus dibarengi juga gangguan terhadap tatanan sosial dan politik dan prasarana kebudayaan serta bangkrutnya perusahaan dan petani lokal yang tidak mampu bersaing di pasar internasional. Kita cermati bentuk-bentuk campurtangan yang dilakukan IMF di negara-negara berkembang: negara-negara yang ditolong disodori resep-resep deregulasi dan penghematan yang tidak mungkin diterima oleh AS dan negara Barat lain yang manapun. IMF menerapkan teori-teori ekonomi yang bertentangan dengan apa yang diajarkan di universitas-universitas. Ini disadari oleh para pakar ekonomi dan politik tetapi samasekali tidak diagendakan dalam pertemuan G8. Itulah sebabnya globalisasi dan pertemuan-pertemuan serupa ditentang habis-habisan.
Globalisasi Dan Kapitalisme
Banyak orang menyamakan Globalisasi dengan Kapitalisme. Lie Chen Ie menegaskan, kapitalisme dewasa ini sudah menjadi pengertian kedaluwarsa. Kapitalisme modern berwajah banyak. Jangan kita begitu saja mengaitkan atau menyama artikan globalisasi dengan kapitalisme. Globalisasi sebenarnya menyangkut lebih banyak sistem: kapital, sumber daya manusia dan merata untuk seluruh dunia, tanpa membedakan dunia pertama atau ketiga secara institusional dan secara personal. Suka atau tidak suka, globalisasi sudah sedemikian merasuki sendi-sendi kehidupan sehingga tidak bisa dihindari lagi.
Globalisasi Dan Sosialisme
Sebaliknya Globalisasi tidak bisa juga dikaitkan atau disama artikan dengan gotong royong atau sosialisme. Di negara tempat perusahaan bisa menghasilkan produk terbaik dan mendatangkan keuntungan, maka aktivitas produksi akan dikembangkan. Ini memang dasar pemikiran dan cara kerja rasional perusahaan. Maka globalisasi pun mungkin diwujudkan di dunia ketiga. Dunia ketiga menawarkan tenaga kerja dan bahan baku sedangkan dunia maju menawarkan industri dan ilmu pengetahuan. Tidak ada salahnya kedua hal ini dipertemukan untuk menciptakan produktivitas yang bersifat menguntungkan keduabelah fihak. Dalam praktek, memang terjadi ketidak seimbangan antara kepentingan-kepentingan negara kaya dan industri besar di satu fihak dan kepentingan negara berkembang dan rakyatnya di lain fihak. Hal ini menimbulkan frustrasi dan berbagai ekses terhadap globalisasi.
Kepincangan Praktek Globalisasi
Perusahaan-perusahaan Barat yang beroperasi di dunia ketiga sebenarnya memikul tanggungjawab juga yaitu mendidik, melatih penduduk setempat untuk meningkatkan daya kerja dan pengetahuan terkait dengan produksi. Kenyataannya, pada umumnya perusahaan-perusahaan hanya mengeduk kekayaan, memanfaatkan fasilitas dan tidak memperhatikan tanggungjawab atau nasib buruh. Ini salah satu kepincangan besar dari praktek globalisasi.
Sukses Globalisasi
Bagi dunia ketiga kiat sukses globalisasi adalah kerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar untuk memproduksi barang murah. Tanpa kerjasama antar kelompok berkepentingan di dunia ketiga, globalisasi tidak mungkin berhasil. Maka tanggung jawab untuk mengembangkan masyarakat setempat, ekonomi negara dan lingkungan sosial harus sama-sama dipikul oleh usahawan asing dan mitra usaha setempat.
Mengembangkan Bakat Dan Kemampuan Sendiri
Kira-kira 30 sampai 40 tahun silam, Taiwan dan Singapura termasuk negara dunia ketiga. Kedua negara memanfaatkan kebutuhan Barat akan jasa dan produksi untuk mengembangkan industri mereka sendiri. Taiwan dan Singapura giat meningkatkan pendidikan warganya, taraf ketangkasan untuk beroperasi di dunia internasional. Sekarang boleh dikatakan Taiwan dan Singapura sudah berada di ambang dunia maju. Produk teknologi canggih yang dihasilkan Taiwan dan Singapura sudah setaraf bahkan kadang-kadang melebihi yang dihasilkan oleh AS atau Eropa. Maka kesempatan dan kehadiran industri Barat di dunia ketiga, harus dimanfaatkan untuk mengembangkan kecakapan dan investasi sumber daya manusia. Dengan demikian Taiwan maupun Singapura berhasil meningkatkan ekonomi dan sosial dari sistem agraria ke tingkat semi industri. Modernisasi bukan saja menyangkut sistem agraria tetapi juga bidang industri ringan. Jangan lupa, tanpa investasi dari luar, kebanyakan negara dunia ketiga akan menghadapi kesulitan menarik modal yang diperlukan untuk mengembangkan infra struktur industrinya sendiri.
Intelegensia Dan Ketrampilan Kerja
Taiwan dan Singapura contoh yang bagus sekali bagaimana bisa menarik keuntungan dari kehadiran perusahaan-perusahaan asing dan mensukseskan globalisasi untuk diri sendiri. Bagaimana nasib negara-negara lain yang tidak sehebat kedua negara itu? Bukankah negara yang tidak bisa atau tidak mau turut akan terlindas kereta globalisasi? Lie mengakui, sampai sekarang memang kelihatannya begitu. Tetapi kenyataannya, intelegensia dan ketrampilan kerja dunia ketiga yang dikembangkan dengan investasi SDM, bisa menandingi intelegensia dan ketrampilan kerja dunia maju, bahkan berdaya saing tangguh pula. Contoh: India yang mengkonsentrasikan diri dalam pengembangan software dan otomatisasi ternyata mampu memikat minat dunia Barat. Banyak pembuatan software dan produk elektronik kini dipercayakan kepada India. India memiliki banyak orang dengan intelegensia yang tinggi sekali sehingga mereka diminta oleh AS dan Eropa Barat. Produk India mulai dikenal dan dipergunakan di seluruh dunia.
Globalisasi, Modernisasi, Reformasi
Selain itu, untuk bisa mensukseskan globalisasi, diperlukan perombakan infra struktur yuridis, ekonomis dan sosial. Modernisasi bukan semata-mata berarti menempatkan pabrik yang modern, melainkan juga reformasi di bidang institusi demokrasi, kenegaraan yang memungkinkan negara bisa berfungsi secara efisien. Kalau pembelanjaan negara sehat, pengendalian ekonomi dan kenegaraan beres, maka negara itu kuat menghadapi tantangan-tantangan yang muncul dari proses globalisasi. Kalau dunia ketiga tidak bekerja efisien, tidak ekonomis  dan membiarkan banyak kepincangan di dalam tatanan sosial masyarakat mereka, tentu Barat yang maju dan kaya akan memanfaatkan kelemahan dunia ketiga untuk kepentingan mereka. Jadi keberhasilan globalisasi di kalangan negara-negara maju dan kaya itu boleh dikatakan karena mereka memanfaatkan kemungkinan dan kesempatan yang oleh dunia ketiga tidak dimanfaatkan semaksimal dan seoptimalnya.
RRT Di Era Global
Barang-barang elektronik dan kebutuhan sehari-hari seperti mesin cuci, almari es dan lain-lain hampir tidak diproduksi lagi di dunia Barat. Pembuatannya dikontrakkan kepada negara dunia ketiga di Asia dan Amerika Latin. Produksi barang-barang bikinan Jepang dan Eropa di daratan RRT murah, sebaliknya pabrik-pabrik RRT memanfaatkan alih teknologi ini untuk menghasilkan produksi sendiri. Produk eletronik RRT dan negara dunia ketiga kini semakin mampu bersaing dalam harga dan mutu, sehingga lambat laun, dunia Barat akan kehilangan hegemoni di sektor tersebut.
Globalisasi Bukan Monopoli Negara Maju
Kepada negara-negara yang takut dan berpraduga negatif terhadap globalisasi, Lie berpesan: tinggalkan paternalisme, introduksikan demokrasi dan liberalisme, lancarkan reformasi terhadap sistem-sistem dan struktur lama dan berantaslah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang menghambat sukses globalisasi. Globalisasi harus dihadapi dengan kepercayaan diri yang positif.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar