Kamis, 10 November 2011

BANI UMAYAH


BANI UMAYAH

PENDAHULUAN
Permulaan perpecahan umat Islam boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Perpecahan memuncak setelah terpilihnya Ali sebagai khalifah keempat. Sebagian orang-orang turut membai’at Ali menghianati janji-janji mereka, maka timbullah huru-hara perang saudara di kalangan kaum muslimin sampai pemerintah dipegang oleh Bani Umayah. Tetapi pembinaan masyarakat Islam telah hancur berantakan dan tali kesatuan yang mengikat mereka telah putus. Perselisihan paham memperebutkan kursi kekhalifahan selalu ada. Masing-masing golongan memperkuat pendirian mereka dan berusaha keras mengalahkan lawannya baik dengan kata-kata maupun dengan langkah dan perbuatan.
Dalam pertempuran antara golongan Ali dengan golongan Muawiyah, tentara Ali dapat mendesak tentara Muawiyah sehingga tentara Muawiyah bersedia untuk lari. Tetapi tangan kanan Muawiyah yaitu ‘Amr bin Al-‘Ash yang terkenal orang yang licik meminta berdamai dengan mengangkat Al-Qur’an ke atas. Dengan demikian dicarilah perdamaian dengan mengadakan arbitrase. ‘Amr bin Al-‘Ash dari pihak Muawiyah dan Abu Musa Al-Asy’ary dari pihak Ali. Sejarah mengatakan bahwa diantara keduanya mendapat kesepakatan untuk menjatuhkan pemuka yang bertentangan. Abu Musa Al-Asy’ary sebagai yang tertua berdiri mengemukakan kepada orang-orang ramai memutuskan menjatuhkan pemuka itu. Sedangkan Amr bin ‘Ash hanya menyetujui penjatuhan Ali. Sejak peristiwa itu maka lahirlah dinasti Bani Umayah.
Bani Umayah merupakan kekhalifahan setelah berakhirnya masa khulafaurrasyidin yaitu sampai Ali bin Abi Thalib. Bani Umayah terdiri dari dua masa peradaban yaitu peradaban Islam pada masa Umayah di Timur atas rintisan Muawiyah (661-680 M) yang berpusat di Damaskus dan bani Umayah Barat atau terkenal dengan Bani Umayah II yang berpusat di Andalusia di bawah pimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil.
Daulah Bani Umayah Timur merupakan fase ketiga kekuasaan Islam berlangsung selama kurang lebih satu abad (661-750 M). Fase ini bukan saja merupakan adanya perubahan system kekuasaan dari masa sebelumnya (masa Nabi dan khulafaurrasyidin), tetapi terjadi juga perubahan di bidang polotik, social, budaya dan ekonomi. Ciri yang paling menonjol danya:
1.              Sistem pemerintahan secara depotisme, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh satu tangan kaisar atau raja.
2.              Pemindahan ibu kota kekuasaan Islam dari Madinah ke Damaskus.
3.              kekuasaan dikuasaioleh militer arab dari lapisan bangsawan.
4.              Expansi kekuasaan secara besar-besaran ke spanyol, afrika utara, timur tengah samai ke tiongkok.
Dengan demikian selama periode initelah berlangsung langkah-langkah baru untuk merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuaaan khalifah, dan merupakan faham golongan bersama dengan elit pemerintahan. Kekuasaan arab menjadi sebuah sentralisasi monarkis.
Dinasti Umayah dalam melakukan expansinya telah menunjukkan satu kekuasaan besar yang melebihi imperium Roma, keberhasilan expansinya ditunjang oleh kehalusan agama Islam yang menarik minat masyarakat yang dibelenggu oleh kekuasaan Romawi pada saat itu untuk lepas merdeka dapat terasa telah adanya expansi daulah yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan Islam.

A.    KELAHIRAN BANI UMAYAH
1.      Silsilah Bani Umayah
Umayah adalah salah satu putra ”Abdi Syam Abdi Manaf” yang merupakan bangsawan arab yang sangat terkenal karena memimpin kabilah Quraisy di zaman jahiliyah, Umayah selalu bersaing dengan pamannya Hasyim ibn Abdi Manaf dalam memperebutkan pimpinan dan kehormatan pada masyarakat dan bangsanya. Dalam persaingan ini keluarga Umayah lebih unggul karena secara adat masa itu ia memiliki persyaratan cukup sebagai pimpinan Quraisy.[1]
Sesudah Islam datang, persaingan antara Bani Umayah dan Bani Hasyim mengarah pada persaingan yang bersifat konfrontasi (permusuhan). Dua keluarga ini berpegang teguh pada fahamnya yang bertentangan. Keluarga Bani Hasyim adalah pendukung Rasulullah sedangkan keluarga Umayah menentang Rasulullah kecuali Usman bin Affan RA.
Dari silsilah di bawah ini dapat dilihat hubungan yang erat antasa Rasulullah dengan keluarga Bani Umayah yang bersatu di Abdul Manaf.


SILSILAH BANI UMAYAH













2.      Siapakah Muawiyah itu?
Dari silsilah diatas dapat dilihat bahwa Muawiyah adalah putra Abu Sofyan Ibn Harb dan Putra Muawiyah  menikah dengan Hindun Ibnu Syaibah putra Rabiah yang bertemu dengan Syam. Yang masih satu keturunan puncak yaitu Abdul Manaf. Muawiyah lahir 15 tahun sebelum Hijrah tepatnya Mekkah 602 M, dan meninggal di Damaskus rajab 60 Apal 680 M, sebagai keturunan Abdul Manaf Muawiyah mempunyai hubungan keluarga dengan Nabi Muhammad SAW. Ia menganut Islam pada saat Fathu Mekkah tahun 629 M.[3]
Pada saat fathu mekkah, Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang masuk Islam, agar perasaan mereka pada Islam lebih terjamin, dan ajaran Islam lebih tenteram di hati mereka. Sebab itu, Rasulullah berusaha supaya Muawiyah lebih akrab dengan Rasulullah. Diantaranya dengan mengangkat nama bapaknya yaitu Abu Sofyan pada saat penaklukan kota Mekkah dengan ancaman rasulullah:
Barang siapa masuk Islam ke rumah Abu Sofyan maka amanlah”.[4]
Karir politik Muawiyah dimuali pada zaman khulafaurrasyidin diantaranya:
1.               Pada masa khalifah Abu Bakar Shidiq, Muawiyah ikut menumpas Nabi-Nabi palsu.
2.               Umar bin Khattab mengangkat Muawiyah sebagai gubernur Yordania.
3.               Usman bin ‘Affan mengangkat Muawiyah sebagai gubernur Syam.
4.               sebagai panglima perang yang ditugaskan merebut wilayah Palestina, Sunna, Mesir dan Roma 632 M.
Ambisi politiknya sudah terlihat ketika ia nasuk Islam. Ia selalu bersaing dengan pamannya Hasyim sebagai keturunan bangsawan Quraisy Muawiyah masih punya pengaruh di Mekkah pada saat itu. Sepeninggal Rasulullah, muawiyah sudah menginginkan jabatan khalifah tetapi tidak menampakkannya pada masa Abu Bakar  dan Umar. Baru setelah Umar meninggal, Muawiyah menyokong pencalonan Usman sehingga akhirnya Usman terpilih. Mulai saat itulah Muawiyah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan khalifah Bani Umayah. Pada masa khalifah Usman inilah Muawiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya dengan menyiapkan dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusas kekuasaannya di kemudian hari.[5]

3.      Peranan Muawiyah Dalam Membangun Bani Umayah
Pemerintahan Usman bin ‘Affan merupakan pintu bagi Muawiyah untuk meniti karirnya di bidang pemerintahan dengan didukung oleh kepribadian kuat, jujur, demawan derta ahli dalam bidang politik. Muawiyah yang pada saat itu memegang jabatan gubernur Syam dengan diberi kekuasaan penuh oleh Usman bin ‘Affan berhasil memanfaatkan peluangnya, dengan cara:
a.       Meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang kuat di wilayah Syam
b.      Menata administrasi pemerintahan yang baik
c.       Membentuk Angkatan Bersenjata Professional yang digaji Negara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar