Kamis, 08 Desember 2011

Menjaga, Konsistensi, Independensi, HMI



Outline Untuk Perubahan Di HMI


 Himpunan Mahasiswa Islâm (HMI) merupakan organisasi ektra universiter yang telah berusia 55 tahun. Sebuah usia yang sudah cukup tua, sebanding dengan usia kemerdekaan Indonesia.  Sebagai organisasi kemahasiswaan ektra universiter yang tertua  di Indonesia HMI telah menunjukan kiprahnya

dan mengalami berbagai dinamika sepanjang kiprahnya. Sebagai organisasi yang cukup tua di antara organisasi mahasiswa HMI memang perlu dikenang, dikaji, dan sekaligus diteladani nilai-nilai posisifnya. Kata kunci yang menarik untuk HMI dibanding dengan organisasi mahasiswa yang adalah :

1.       Latihan Kader di lingkungan HMI
2.       Tradisi Intelektualisme HMI;
3.       Independensi HMI

Dalam perjalanannya HMI setidaknya dalam catatan saya ada beberapa fase yang telah dilalui, yaitu :

1947 sampai dengan 1966

·         Organisasi yang bertujuan berkhidmat bagi umat Islam dan negara;
·         Memiliki idealisme  kepeloporan dan pamor yang cukup tinggi bagi bangsa; 
·         Para kadernya memiliki prestasi yang sangat membanggakan.

1966 sampai dengan 1970

·         Memiliki idealisme :  “dengan visi intelektualisme”
·         Gagasan modernisasi pemikiran Islam
·         Concern pada gerakan pembelaan kaum mustadafin baik ekonomi,              ekonomi maupun politik

                                Sehingga dengan realitas di atas  sampai tahun 1986 HMI dipandang sebagai organisasi yang berstatus dengan sebutan: “HMI berfungsi sebagai oragniasasi mahasiswa (ORMAH), HMI berfungsi sebagai organisasi kader (ORKER), dan HMI berfungsi sebagai organisasi perjuangan (ORPER).  Di sini HMI masih dipandang sebagai organisasi yang mampu memerankan independensinya.

HMI Hari Ini


                        Pada konggres HMI ke 23 di Balik Papan tahun 2002 HMI mendapat banjir kritikan yang berasal dari para kadernya, alumninya, dan juga dari para pemerhati  HMI. Setidaknya ada beberapa persoalan HMI yang dihadapi pada era reformasi ini:

1.       Lemahnya pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama   Islam  para pengurus HMI dan sebagian anggotanya, yang menyebabkan terjadinya  demorilasasi di kalangan kader HMI;
2.       Menurunnya semangat Intelektualisme;
3.    HMI tidak independen lagi;
4.       Kurang mapannya pembentukan, peningkatan, dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM);
5.       Manajemen Organisasi yang tidak solid dan ketinggalan zaman,  karena tidak sesuai dengan kebutuhan zaman.
6.       Terbatasnya sarana, prasarana, dan dana;
7.       Kurang mampu mengkonsolidasikan keberhasilan yang pernah dicapai;
8.       Lemahnya disiplin di kalangan anggota dan pengurus HMI.
9.       Kuranngya kesadaran historis di kalangan pengurus dan anggota HMI.

Agenda Menjaga Konsistensi Independensi

                                Dari berbagai kritik yang merupakan realitas yang harus diterima HMI, setidaknya HMI hari ini meminjam istilah Syafrudin Azhar (kompas, April 2002) bahwa HMI harus mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan komparatif sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam konteks ini HMI harus berupaya keras:

1.       Merebut kembali tradisi intelektualitas;
2.       NDP  bukanlah sekedar metode  yang hanya dikuasai tetapi tanpa pengamalan.
3.       Dalam situasi yang seba sulit untuk menentukan strategi gerakan, HMI sebaiknya memililih wilayah misi transformatif  dan misi korektif. Misi transformatif menekankan pada penyadaran sosial politik dan penularan gagasan dan ide demokrasi dan hak-hak asasi manusia. Sedangkan korektif menitikberatkan pada koreksi terhadap berbagai kebijakan dan sikap yang tidak menguntungkan rakyat banyak.  Berangkat dari isu-isu lokal populis dan menuju pada isu nasional yang kritis.
4.       HMI dari Social Change berubah menjadi Directing Social Change yaitu  pada awalnya HMI adalah sebagai pendobrak sekarang peran yang dibutuhkan adalah menjadi pengarah perubahan.  HMI must be a Social Engenering.

Pada akhirnya tujuan HMI bukanlah sebuah utopia tetapi  “kenyataan yang harus terimplementasikan dalam setiap denyut langkah kita.

Terbinanya Insan Akademis Pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT” (Anggaran Dasar HMI pasal 4)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar